Kendo, Aikido, martial art related

Saturday, September 14, 2013

Kendo dan Olah Raga


Hanya opini dari sebuah proses belajar kendo.

Banyak orang mengira kendo itu adalah olah raga yang keras. Banyak teriakan di dalam kendo. Banyak terdengar juga suara keras hasil dari benturan pedang bambu dengan pelindung tubuh. Banyak pertunjukkan kendo, entah itu pertandingan internasional atau pertandingan nasional di negara asalnya, Jepang, mengesankan demikian. Bahkan beberapa praktisi kendo pun menganggap kendo adalah sebuah olah raga.

Sebagai pelaku kendo, saya tidak begitu setuju jika kendo disebut olah raga. Memang olah raga adalah bagian dari kendo. Namun kendo tidak hanya mengolah raga, tapi juga mental. Bukankah atletik atau basket juga mengolah mental? Memang, namun ada perbedaan yang mendasar di antara kendo dengan olahraga seperti atletik atau basket tersebut. Tidak ada mentalitas untuk berkompetisi di dalam kendo.

Kita bisa melihat bagaimana di dalam olah raga atletik, basket dan sepak bola, para pemainnya berusaha mencetak skor untuk mengungguli lawan. Hal semacam ini menurut saya tidak ada di dalam kendo. Kendo adalah bagamana kita mengalahkan diri sendiri, bukan mengalahkan pihak lain atau "lawan". 

Namun bukankan di dalam olah raga yang disebutkan sebagai contoh tadi juga terdapat proses mengalahkan diri sendiri? Benar, para atlit atletik maupun basket juga harus mengalahkan dirinya sendiri saat menjalani proses latihan, seperti menggunakan kemampuan fisik sampai batas maksimalnya, mengalahkan rasa takut dan grogi pada saat bertanding, dan mempertahankan semangat untuk maju dan menang. Hal-hal ini juga ada di dalam kendo. Namun ada sesuatu yang berbeda di sini, yang tidak ditekankan oleh olahraga-olahraga tadi, yakni mengalahkan diri untuk tidak melakukan tindakan yang impulsif, untuk tidak sombong, untuk dapat bersikap proporsional, etis, dan sopan, dan untuk tidak terpengaruh oleh "menang dan kalah".

Hal mendasar lainnya adalah bahwa kendo adalah sebuah pelajaran seumur hidup. Kendo seseorang berevolusi sampai akhir hayat orang itu. Karier olahraga atletik, basket, sepak bola, dsb. akan berakhir setelah berusia 40 tahun atau 50 tahun maksimal. Di usia ke 40, seorang pemain basket profesional akan kalah dengan pemain basket profesional yang lebih muda tentunya. Di banyak kasus, pemain basket profesional tersebut akan bertransformasi menjadi seorang pelatih, bukan pemain lagi. Maka kariernya sebagai pemain pun behenti dan tidak berkembang lagi. Hal ini tidak terjadi di kendo karena kendo tidak sekedar mengandalkan kekuatan otot dan teknik.

Semakin bertambah usia seorang kendoka maka akan semakin kuat kendonya. Kendo tidak mengenal batasan usia. Di usia 50 tahun, seorang kendoka yng menyandang dan 7 akan dengan mudah "mengalahkan" seorang kendoka yang berusia 25 tahun yang memiliki kemampuan fisik jauh lebih prima. Jika kendoka berusia 50 tahun tersebut menjadi seorang pelatih, di waktu yang sama dia tetap menjadi seorang "pemain" kendo, tidak bertransformasi dari pemain menjadi pelatih. Oleh karenanya, kendoka akan tetap berkembang karena selalu dapat menjadi "pemain". 

Tidak dapat dipungkiri bahwa olah raga adalah bagian dari kendo. Namun, kendo tidak sama dengan olah raga. Kendo tidak mengalami transformasi yang dimaksud tadi, namun berevolusi menjadi semakin kuat. Kelamahan fisik karena usia di dalam kendo akan digantikan dengan kekuatan mental yang ternyata terbukti jauh lebih besar. Dalam konteks aktifitas fisik, kendo tidak seperti olah raga atletik, basket, sepak bola, dsb., karena kendo adalah cara menggunakan badan dan pemahaman tentang kendo itu sendiri yang juga mengalami evolusi penyempurnaan.

Leo
3rd Dan
Indonesia Kenshi