Kendo, Aikido, martial art related

Wednesday, May 9, 2012

Melihat Tingkatan “Sabuk” dari sudut pandang “Do (Tao)”

11:37 PM Posted by author , , , , , No comments


Pada tanggal 14 Januari tahun ini (2001) saya di promosikan ke tingat Dan 8 pada peringatan Kagami-biraki oleh Hombu dojo. Pada tanggal 3 Juni, diadakan sebuah pesta untuk merayakan promosi tersebut. Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada semua pihak yang membantu menyiapkan pesata perayaan dan juga kepada setiap orang yang hadir. Saya sampaikan juga rasa terima kasih saya untuk ucapan selamat dan hadiahnya.

Sistem jenjang kenaikan tingkat yang ada saat ini berdasarkan pada peraturan yang diterapkan pada tanggal 1 April 1989 oleh Aikido Hombu Dojo. Ada 8 tingkatan, mulai dari Dan 1 hingga Dan 8, yang diberikan oleh Doshu berdasarkan kemampuan secara umum dalam Aikido dan juga prestasi dan kontribusi terhadap aikido. Tingkatan bisa dicapai melalui ujian ataupun rekomendasi. Kualifikasi terhadap orang-orang yang menguji dan mengikuti ujian, atau memberi atau menerima rekomendasi, dan prosedur-prosedurnya telah ditentukan.

Namun, dengan aikido yang sekarang ini telah menyebar ke lebih dari 80 negara, maka sangat sulit untuk memastikan bahwa setiap kelompok memahami dan melaksanakan sistem kenaikan tingkat secara benar. Dengan menanggalkan kesan saya yang telah mendapatkan tingkat tertinggi di dalam sistem yang baru, saya ingin mengemukakan pemikiran saya tentang tingkatan-tingkatan yang saya miliki melalui latihan. Hingga saat ini, berulangkali saya menyatakan bahwa saya menjalani aikido sebagai “Tao (jalan hidup)”. Mencari Tao adalah pencarian ke dalam, dan apa yang akhirnya saya tahu melalui latihan aikido adalah bahwa Tao adalah untuk tetap berjalan dengan sikap batin tunggal. Bahkan, tiada batas untuk kedalaman yang bisa dicapai. Seseorang mungkin menunjuk kepada sesuatu yang nampak seperti sebuah tujuan, namun karena jalurnya akan berbeda-beda pada tiap orang, mungkin tujuan tersebut tidaklah berlaku benar untuk setiap orang. Bolehlah dikatakan, mungkinkah ada tujuan akhir?

Kenaikan tingkat adalah sebuah alat untuk mengevaluasi kemampuan seseorang dan kemajuannya secara obyektif dengan satu set standarisasi. Namun, saya percaya bahwa sudut pandang semacam itu tidak relevan untuk mencari Tao. Karena seberapa jauh atau seberapa dalam seseorang telah berjalan merupakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat internal yang hanya bisa dijawab oleh si praktisi. Saya akhirnya percaya bahwa tidak mungkin untuk mengukur kedalaman setiap orang dengan apa yang mereka jalani dengan menggunakan satu standarisasi tetap.

Saya telah berlatih aikido selama 40 tahun. Melihat ke belakang pengalaman berlatih saya, di sepanjang periode ini, saya telah bertemu banyak guru mulai dari O’sensei, telah diajari banyak hal, membaca banyak buku, dan banyak belajar. Ketika saya awal belajar aikido, saya berlatih hanya dengan pemikiran untuk menjadi lebih kuat. Pada saat itu, menjadi kuat berarti harus belajar teknik dan menguatkan tubuh saya. Namun, perlahan-lahan saya mempertanyakan cara berpikir dan berlatih seperti ini. Untuk memecahkan masalah ini saya mulai membaca buku-buku tentang Zen dan Budo.

Diantaranya adalah naskah China tentang taktik bela diri, “Liutao”. Dari bab yang berjudul “Hujuan” (“Bab Macan”) sebagai berikut:
Jika datang, temui saja;
jika pergi, antarkan ke jalannya
Jika dilawan, selesaikan
5 ditambah 5 adalah 10
2 ditambah 8 adalah 10
1 ditambah 9 adalah 10
Seperti persamaan tersebut, selaraskan
Lihat permasalahan secara mendalam dan rasakan yang tersembunyi
Yang besar ada dimana-mana, yang kecil benar-benar kecil
Hidup dan mati hanyalah masalah kesempatan
Perubahan bergantung pada saat
Jangan gundah dan bingung

Saya memahami naskah ini sebagai berikut. Padukan semua pertemuan yang melawan ke dalam keselarasan. Jika ini bisa dilakukan, ini akan menjadi hal yang sangat kuat. Untuk itu, ketahui apa yang besifat jelas dan yang tersembunyi (yin dan yang), dan berfikirlah bahwa yang besar adalah besar tak terbatas, dan yang kecil adalah kecil tak terbatas. Membunuh dan bertahan hidup, maju dan berputar, semuanya bersifat serta merta. Bahkan jika menghadapi segalanya secara langsung, maka perlu dijaga sikap batin (kokoro) yang tangguh dan tak bergeming (diam).

Saat itu, saya telah berlatih gaya yang lembut, namun untuk memahami dam mewujudkan kata-kata ini dalam tindakan, saya mulai mencoba memfokuskan perhatian saya pada “saat sekarang-nya” (dari suatu tindakan), pada setiap momen, serta secara tepat menangkap pertemuan (de ai) dengan rekan latihan, memberi respon sambil merasakan tenaga dan ki rekan latihan saya. Ketika saya berlatih semacam ini, ketika saya melihat ke dalam diri saya sendiri (pada awalnya hal seperti itu hanya kadang-kadang), saya memperhatikan bahwa saya bergerak dengan rekan latihan saya secara tidak terbatas, tidak memaksa namun alami, mengalir begitu saja, tak seperti yang pernah saya alami sebelumnya.

Sambil berlatih dengan cara ini, saya juga melihat kembali cara berfikir dan apa yang saya tahu (saya pikir) sebelumnya. Saya berkesimpulan bahwa dengan tidak bergantung pada kekuata fisik, melempar jauh ego, dan bergerak secara lembut dan luwes, orang bisa secara intuitif, konkrit, secara langsung merespon momen “sekarang” dan berpadu (selaras) dengan rekannya.

Di bab Kosmos 11, saya menulis, “ide Tao (Do) menunjukkan penggabungan hal-hal yang berlawanan dan integrasi keragaman. Ide Tao menekankan pentingnya kemanunggalan segala sesuatu, sementara hal-hal yang telah tersatukan, bersifat universal, dan absolut memiliki prioritas terhadap segala sesuatu. Karena menjalani aikido dari sudut pandang Tao, pemikiran saya meluas dari manusia ke masyarakat, dari masyarakat ke Bumi, dan dari Bumi menuju alam semesta".

Gangguan dan kekacauan tak akan pernah hilang dalam masyarakat. Namun manusia mencoba untuk keluar dari masyarakat semacam itu, memperdalam isolasi mereka, dan belajar rasa tidak aman. Maka, kita mencari kekuatan dalam bentuk satu atau bentuk lainnya, dan bergantung kepada bentuk kekuatan tersebut. Namun, segala sesuatu di sekitar kita menetap “sebagaimana adanya” dan berjalan “dengan alamiah”. Ini bukan merupakan akibat dari kekuatan khusus yang membuatnya seperti itu.

Apa yang kita lihat sebagai hal yang berlawanan, yang kita lihat sebagai besar atau kecil, hal yang berbeda – semuanya sama dan saling mengasuh satu sama lain.

Untuk tidak menggunakan kekuatan, untuk menyusun yang berlawanan dan berbeda agar teratur, ntamun menghadapi dan memahami segala sesuatu seperti apa adanya, manunggal – ini adalah ide Tao. Oleh sebab itu, mencari Tao adalah memisahkan kedirian dari semua bentuk kekuatan, menemukan jati dirinya sendiri, dan berjalanlah. Kekuatan dan tingkatan tidaklah perlu untuk usaha mencari Tao. Orang yang belajar aikido sebagai Tao tidak seharusnya melihat tingkatan mereka sebagai sesuatu yang membawa kekuatan untuk tempat bergantung, namun hanya sebagai tanda tentang posisi mereka dalam lingkaran aikido dan hanya sebagai konfirmasi akan jejak langkah terdahulu pengalaman mereka. (Seishiro Endo Shihan - 8th Dan Aikikai, Juli 2001)

0 comments:

Post a Comment